Kajian Rutin Kitab Al Maghazi An Nabawiyah, Peristiwa Saqifah Bani Sa’idah

 

Sebelum ke pembahasan Peristiwa Saqifah Bani Sa’idah ada suatu kisah menarik yaitu ketika di rumah Rasulullah Saw, beliau sakitnya semakin parah. Saat itu di rumah Rasulullah Saw ada beberapa orang diantaranya ada Umar bin Khattab, Abu Bakar, dan lain-lain. Lalu Rasulullah Saw berkata, “Kesinilah!, supaya aku tuliskan kitab/catatan wasiat yang akan membuat kalian tersesat setelah membaca wasiat itu.” Setelah itu Umar bin Khattab berkata, “Sesungguhnya Rasulullah Saw sakitnya sudah semakin parah, kita sudah mempunyai Kitabullah yang cukup untuk kita.” Kemudian ucapan Umar itu mendapat pertentangan dari Ahlul Bait Nabi hingga terjadilah perselisian adu argumen antara Umar dan Ahlul bait Nabi di samping Rasulullah Saw. Kemudian Rasulullah Saw yang menyaksikan cekcok perselisihan antara keluarganya dan Umar beliau kesal marah lalu mengusir mereka untuk keluar. Karena peristiwa ini, Abbas bin Abdul Muthalib berkata, “Hina sekali, ketika ada yang menghalangi Rasulullah Saw untuk menulis wasiat itu, yaitu berupa perselisihan mereka. Sehingga Rasulullah Saw tidak jadi untuk menulis wasiat itu.”

Peristiwa Saqifah Bani Sa’idah terjadi setelah beberapa saat wafatnya Rasulullah Saw, yaitu ketika Abu Bakar dan Umar bin Khattab mendengar bahwa kaum Muhajirin berkumpul di Saqifah (Balai) milik Bani Sa’idah untuk mengangkat pemimpin dikalangam mereka. Kemudian sebagian kaum Muhajirin (Abu Bakar, Umar bin Khattab, Ubaidah bin Jarrah) mendatangi Saqifah tersebut. Setibanya mereke tiba di Saqifah untuk mendatangi Kaum Ansor, disitu terlihat ada seseorang yang sedang berselimut, saat itu Umar bin Khattab menanyakan sosok yang sedang berselimut tersebut, mereka menjawab itu adalah Sa’ad bin Ubadah.

Kemudian setelah itu terjadi adu mulut, adu argumen antara Abu Bakar, Umar bin Khattab dengan Kaum Anshor, saat itu juru bicara Anshot berkata, “Ingatlah bahwa kami adalah Anshor, pelindung Islam, sementara kalian ini orang-orang Quraisy (Muhajirin) hanya pendatang, dan tiba-tiba ingin merebut sesuatu dari kami. Dan ingin menjadi pemimpin dibandingkan kami.” Umar bin Khatan yang mendengar itu geram dan ingin membalas perkataan juru bicara Anshor tadi, namun Abu Bakar menghalanginya dan menyuruhnya untuk bersabar. Lalu Abu Bakar berkata, “Tenang wahai Umar, biar saya saja yang berbicara.”

Kemudian Abu Bakar berpidato disitu, ia berkata, “Amma Ba’du, kalian tadi menyebutkan bahwa Anshor memang penolong/pelindung Islam, dan saya akui itu memang keutaamaan kalian kaum Anshor. Tetapi Quraisy (Muhajirin) itu yang berjuang bersama Rasulullah Saw diawal-awal munculnya Islam dan nasab mereka pun samgat mulia. Saya hanya ridho jika kalian memilih diantara salah satu dari Umat bin Khattab dan Ubaidah bin Jarrah untuk menjadi pemimpin.” Kemudian ada seorang dari Anshor yaitu Hubab bin Munzir dia berdiri dan berkata, “Anshor adalah sesuatu yang bisa diandalkan dan menjadi penentu. Ya sudah jika begitu, dari kami (Anshor) memiliki pemimpin dari kalian (Muhajirin) memiliki pemimpin, jadi masing-masing mempunyai pemimpin.”

Lalu Umar bin Khattab berkata, “Tidak mungkin dua pedang itu diletakkan dalam satu wadah/sarung pedang, tidak bisa! Harus satu saja, dari kami pemimpinnya dan dari kalianlah wazir (penasehat) nya.” Setelah itu terjadi kegaduhan, karena kekhawatiran takut adanya gesekan saat itu Umat bin Khattab langsung mengangkat tangan Abu Bakar untuk membai’atnya dan menyuruh semua orang disitu membai’at Abu Bakar. Melewati diskusi yang panjang di Saqifah Bani Sa’idah inilah Abu Bakar terpilih menjadi Khalifah pengganti Rasulullah Saw. Namun tokoh Anshor yang bernama Saad bin Ubadah tidak membai’at Abu Bakar bahkan ketika masa Umar bin Khattab pun dia tidak membai’atnya kemudian dia pergi ke Syam dan meninggal disana.

Penulis : Mochamad Firdaus

Lebih baru Lebih lama