Penyerangan Madinah

 


Kabar tentang pembantaian keluarga Imam Husein di Karbala tersebar ke seluruh wilayah kekhalifahan. Peristiwa ini tentu sangat menyakiti hati seluruh umat Islam. Sehingga hal ini menimbulkan berbagai reaksi. Tak terkecuali penduduk Madinah saat itu terdengar desas desus kabar bahwa mereka berencana mencabut bai’atnya terhadap Yazid bin Muawiyah. Karena dikhawatirkan keadaan semakin memburuk, Yazid secepatnya memanggil tokoh-tokoh Madinah ke Istananya di Damaskus untuk mencoba klarifikasi atas semua yang terjadi.


     Namun sepulangnya dari Damaskus, para tokoh Madinah justtu mengabarkan ke penduduk Madinah sesuatu yang buruk. Mereka berkata, “Kami baru saja menemui seorang yang tidak menjalankan ajaran-ajaran agamanya, suka meminum khamer, menabuh gendang, suka bersenang-senang dan bermain dengan anjing.” Karena hal ini penduduk Madinah memutuskan untuk mencabut bai’atnya dari Yazid bin Muawiyah. Diikuti oleh penduduk Makkah mereka juga mencabut bai’atnya dari Yazid.


     Kini penduduk Makkah dan Madinah demgan kompak mencabut bai’atnya dan secara aklamasi mereka mengangkat Abdullah bin Zubair sebagai Khalifah. Kemudian mengusir Gubernur Walid bin Utbah beserta orang-orang Bani Umayyah dari Madinah dan menggantikannya dengan Abdullah bin Hanzhalah. Ini merupakan langkah awal perlawanan dari masyarakat Hijaz kepada rezim Yazid bin Muawiyah.


     Mendengar hal ini Yazid bin Muawiyah menjadi sangat geram. Secepatnya ia mengutus Muslim bin Uqbah dengan membawa 12.000 pasukan menuju Madinah. Yazid berpesan kepada Muslim bin Uqbah agar memaksa penduduk Madinah untuk kembali membai’at dirinya dengan diberi tenggat waktu 3 hari, jika tetap membelot maka Muslim bin Utbah diperbolehkan melakukan apapun di Madinah. Kemudian ia pun bergerak menuju Madinah bersama pasukannya.


     Pada 27 Dzulhijah 63 H/683 M, pasukan Muslim bin Uqbah tiba di Madinah. Ia melakukan sesuatu sesuai yang diperintahkan Yazid. Yaitu membujuk penduduk Madinah agar kembali membai’at Yazid dan diberi tenggat waktu selama 3 hari. Tapi tekad penduduk Madinah rupanya sudah bulat mereka tetap menolak membai’at Yazid. Kemudian Muslim bin Uqbah menyerang mereka dan terjadilah pertempuran di tempat sebelah timur Madinah yang bernama Harrah. Disitulah pasukan Muslim bin Uqbah dan pasukan Abdullah bin Hanzhalah bertempur habis-habisan.


     Kemenangan berpihak kepada pasukan Muslim bin Uqbah, mereka membabat habis pasukan Abdullah bin Hanzhalah dan membunuhnya. Setelah itu pasukan Muslim bin Uqbah memporak-porandakan Madinah, mereka menjarah dan merampas seluruh isi kota. Bahkan mereka juga membunuh para warga tanpa memandang usia. Saat itu pasukan Muslim bin Uqbah menemukan seorang wanita yang sedang menggendong anaknya yang masih kecil. Lalu mereka merebut anak itu dan membantingnya ke tembok hingga kepalanya pecah dan tewas seketika.


      Saat itu keadaanya sangat menakutkan hampir tidak ada yang selamat. Sejumlah ratusan sahabat dibantai dan juga para penghafal Al-Qur’an dibantai korbannya mencapai 70 orang. Tidak sampai disitu mereka juga memperkosa ribuan gadis-gadis Madinah lalu membunuhnya. Madinah dan penduduknya telah menjadi korban kebiadaban Muslim bin Uqbah dan pasukannya. Peristiwa ini menjadi tragedi paling mengerikan setelah tragedi pembantaian Imam Husein dan keluarganya di Karbala.


     Perlakuan mereka yang bengis dan bejat membuat benih-benih perpecahan semakin kuat. Umat Islam sudah sangat muak dan sangat membenci Yazid bin Muawiyah. Karena perlakuannya ia sendirilah yang membuat kursi kekhalifahan menjadi goyah. Keadaan politik tidak lagi stabil dan kondusif. Kemudian setelah ini menjadi banyak munculnya perlawanan-perlawanan dan pemberontakan dari umat Islam. Apa yang mereka tanam itulah yang mereka tuai.


      Kemudian setelah puas menghancurkan habis-habisan Madinah selama 3 hari, pasukan Muslim bin Uqbah diperintahkan Yazid bin Muawiyah untuk memadamkan perlawanan Abdullah bin Zubair di Makkah. Mereka berencana membumi hangsukan Makkah sebagaimana Madinah. Mereka yang  berlaku biadab di samping makam Rasulullah Saw kini mereka mencoba berlaku biadab kembali di samping Baitullah yang suci.


Bersambung...

Penulis : Mohammad Firdaus



Referensi:

Imam As-Suyuthi. Tarikh Khulafa. Terjemahan: Samson Rahman, MA. (Pustaka Al-Kautsar: Jakarta, 2002)

Ibnu Katsir. Bidayah Wa Nihayah Masa Khulafaurrasyidin. Terjemahan: Abu Ihsan Al-Atsari. (Darul Haq: Jakarta, 2004)

Imam Adz-Dzahabi. Ringkasan Siyar A’lam An-Nubala’ Jilid 1. Penyusun: Dr. Muhammad Hasan bin Aqil Musa Asy-Syarif. (Pustaka Azzam: Jakarta, 2004)

Abdul Syukur al-Azizi. Sejarah Terlengkap Peradaban Islam. (Noktah: Yogyakarta, 2017)

Abbas Mahmud Al-Aqqad. Husein Pejuang Sejati. Terjemahan: H. Fatkhurozi Lc. (Pustaka Azzam: Jakarta, 2002)

Ali Husain Jalali. Tragedi 10 Muharram. Terjemahan: Sandy Alison. (Al-Huda: Jakarta, 2007)

Lebih baru Lebih lama