Widji Thukul : Mengenang Hilangnya Penyair Berjiwa Besar

Dikenal sebagai aktivis Widji Thukul juga merupakan seorang penyair dan seniman yang karyanya banyak tentang perjuangan lewat puisi dan sajak.

Yang khas dari puisi Wiji Thukul adalah bahwa ia bukan menulis puisi tentang protes, melainkan sosoknya menjadi simbol akan protes itu sendiri. Karena itu, puisinya gampang melebur dalam setiap momen pergolakan dan berbagai aksi protes.

Nama asli Widji Thukul adalah Widji Widodo. Ia disebut Widji Thukul ketika diubah oleh Cempe Lawu Warta, anggota Bengkel Teater yang diasuh oleh penyair terkenal, WS Rendra. Widji Thukul memiliki arti biji tumbuh.

Ia sangat dekat dengan WS Rendra, selain itu Widji Thukul pernah meraih penghargaan pada 1991, yakni Werheim Encourage Award dari Wertheim Stichting Belanda, bersama dengan WS Rendra.

Setelah lulus SMP, ia melanjutkan pendidikan di Jurusan Tari Sekolah Menengah Karawitan Indonesia, tapi tidak tamat, hanya sampai kelas II. Ia berhenti sekolah untuk bekerja agar adik-adiknya bisa melanjutkan studi.

Pekerjaan pertama Wiji Thukul adalah sebagai loper koran. Lalu ia menjadi calo tiket, dan tukang pelitur furnitur di perusahaan mebel. Ia juga mengamen puisi ke kampung dan kota-kota.

Setelah menikah dengan Diah Sujirah alias Sipon pada Oktober 1988, ia hidup membantu istrinya dengan usaha sablon.

Kemudian ia menobatkan diri sebagai aktivis pembela buruh. Nama Wiji Thukul ada di barisan demonstran kedungombo, Sritex, dan sejumlah demonstrasi besar di Solo. Lalu, ia bergabung dengan Partai Rakyat Demokratik (PRD). 

Awal Widji Thukul menghilangkan adalah ketika terjadi peristiwa Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli alias Kudatuli. 

Pada saat itu, PRD dipimpin oleh Budiman Sudjatmiko yang dituding oleh pemerintah melalui Kepala Staf Bidang Sosial dan Politik ABRI Letnan Jenderal Syarwan Hamid, yang merupakan dalang dibalik peristiwa tersebut.

Sehingga, para aktivis PRD diburu, termasuk Widji Thukul. Ketika itu, Wiji Thukul yang berada di Solo sebagai Ketua Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat atau Jaker yang merupakan badan yang merapat ke PRD.

Widji Thukul kabur setelah beberapa aparat (oknum) kepolisian mendatangi rumahnya. Dalam pelariannya, Thukul harus mencuri-curi kesempatan untuk bisa bertemu dengan istrinya. Mereka sering bertemu di Pasar Klewer. Setiap bertemu, mereka membuat janji untuk pertemuan selanjutnya.

Saat itu pula, Wiji Thukul menceritakan beberapa daerah yang dikunjunginya dan beberapa kali ia meminta duit kepada sang istri untuk membiayai hidup pelarian.

Selama pelarian, ia memiliki nama beberapa nama Samaran yaitu Paulus, Aloysius dan Martinus Martin. Ia juga sering memakai topi supaya tidak mudah dikenali. Selain itu, Wiji Thukul juga kerap menggunakan jaket saat keluar rumah untuk menyamarkan badannya yang kerempeng.

Pada tahun 1998, Widji Thukul menghilang. Hilangnya Widji Thukul secara resmi diumumkan oleh Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) pada 2000. Kontras menyatakan hilangnya Widji Thukul sekitar Maret 1998 karena diduga berkaitan dengan aktivitas politik yang dilakukan oleh Widji Thukul sendiri.

Sejak dinyatakan hilang, sampai saat ini keberadaannya tidak jelas. Apakah Widji Thukul masih masih hidup atau sudah tiada.

26 Agustus merupakan ulang tahunnya, tahun 2022 sekarang mungkin ia sudah berusia 59 tahun.


Berikut puisi dari Widji Thukul:

Jika rakyat pergi
Ketika penguasa pidato
Kita harus hati-hati
Barangkali mereka putus asa

Kalau rakyat bersembunyi
Dan berbisik-bisik
Ketika membicarakan masalahnya sendiri
Penguasa harus waspada dan belajar mendengar

Bila rakyat berani mengeluh
Itu artinya sudah gawat
Dan bila omongan penguasa
Tidak boleh dibantah
Kebenaran pasti terancam

Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan

Maka hanya ada satu kata: lawan!.

(Wiji Thukul, 1986)

Penulis: Iswanto

Lebih baru Lebih lama