Guna Meningkatkan Pengetahuan Terhadap Peran Kyai Cirebon, Himski Mengadakan Diskusi Dengan Indie History.


Pada masa kolonialisme bukan hanya pihak militer dan rakyat saja yang melakukan perlawanan, tetapi kyai juga banyak memberi peran penting guna melawan kolonialisme dan membantu kemerdekaan.

Penting bagi kita mengetahui bahwa tugas kyai bukan hanya berdakwah saja, kyai merupakan orang yang paling berpengaruh dalam melawan kolonialisme.

Himpunan Mahasiswa Sejarah Kebudayaan Islam (HIMSKI) berkolaborasi dengan perkumpulan diskusi yang dibentuk angkatan 2021 bernama Indie History. Kerjasama yang dilakukan adalah dengan melaksanakan program Tadarus Sejarah dan Ngobrol Perkara Ilmu (NGOPI).

Kegiatan berlangsung di kafe Terserah, pukul 16:00 WIB sampai dengan selesai, pada hari Kamis, 15 Desember 2022.

Diskusi ini mengusung tema "Peran Kyai Cirebon Terhadap Masa Kolonial". Pematerinya merupakan dosen jurusan Sejarah Peradaban Islam, Hasbiyallah M.Si.

Opening speech diawali dengan latar belakang kyai-kyai yang ada di Keraton Cirebon yang menjadi Mufti atau penasihat sultan, hingga akhirnya VOC datang merangsek dengan dalih berdagang dan memberi bantuan kepada Sultan. Semenjak VOC singgah dan masuk ke dalam lingkungan kerajaan, sultan lebih mendengarkan kebijakan yang dibuat VOC. Rakyat banyak yang dipaksa menyewakan tanahnya kepada mereka, ekonomi rakyat dimonopoli, dan sebagainya.

Hal itu yang membuat para ulama yang ada di lingkungan keraton sudah tidak tahan dengan keadaan yang membelit rakyat. Para ulama-ulama ini pindah ke tepian Cirebon. Seperti di Buntet, Mbah Muqoyim yang merupakan Mufti keraton, mendirikan pesantren di Buntet. Kemudian ada Kyai Jatira yang mendirikan pesantren Babakan Ciwaringin. 

Selain dari dua ulama itu banyak ulama-ulama yang berasal dari keraton mendirikan pesantren, seperti pesantren Gedongan, Benda Kerep dan lainnya.

Peran ulama sangat besar terhadap kolonialisme. Perjuangan Kyai ialah mengumpulkan massa dan memberi arahan serta nasehat kepada masyarakat. 

"Ulama/Kyai itu mempunyai andil dalam rangka melawan kolonialisme karena mereka orang yang dihormati" Ujar Hasbiyallah M.Si

Selain Kyai ada tokoh yang berpengaruh dalam gerakan rakyat Cirebon melawan VOC, ialah Ki Bagus Rangin. 

Orang-orang lebih familiar dengan Perang yang di lakukan Pangeran Diponegoro. Padahal di Cirebon, yang disebut perang Kedongdong merupakan pergerakan rakyat yang dilakukan lebih dahulu dari Perang Diponegoro. Perang ini dipimpin oleh Ki Bagus Rangin dari tahun 1802, hingga akhirnya Ki Bagus Rangin tertangkap pada tahun 1812. 

Ta hanya berhenti disitu, perjuangan masih dilanjutkan oleh Bagus Serit dan Bagus Jabin sampai tahun 1818. 

Tak hanya pada masa kesultanan atau kerajaan saja, peran Kyai juga besar dalam perjalanan kemerdekaan Indonesia. Setelah merdeka pada tanggal 10 November 1945, Kyai dari Cirebon, tepatnya dari pesantren Buntet, yakni Kyai Abbas dengan para santri-santrinya ikut bertempur di Surabaya demi mempertahankan kemerdekaan yang baru seumur jagung.

Dengan demikian, Kyai dan pesantren punya banyak peran dan perjuangan dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya, dengan melawan kedzaliman dari para penjajah.

Penulis: Iswanto 
Lebih baru Lebih lama