Kunjungan Lesbumi Kabupaten Cirebon


Indonesia adalah bangsa yang beragam. Dimulai dari ragam bahasa, suku, budaya dan adat-istiadat. Dalam masyarakat yang majemuk inilah yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.

Aspek yang paling penting dan fundamental adalah budaya, tanpa adanya suatu budaya, semua hal dan interaksi dengan orang lain akan menjadi kacau. Budaya memberikan visi kepada individu, kemudian bisa membuatnya berinteraksi dan bekerjasama dengan individu lain. Setelah itu terciptalah sebuah konsep keluarga, negara, dan lain-lain.

Di era globalisasi dan modernisasi saat ini sangat minim individu yang mau mewarisi budaya tradisional, beberapa mereka menganggap bahwa budaya tersebut sudah kuno atau jadul. Gen Z, atau generasi muda zaman sekarang tidak sadar bahwa beberapa dari mereka lebih fanatik dengan budaya luar negeri seperti Jepang, Korea, ataupun negara-negara Barat. Mereka lebih menyukai hal tersebut ketimbang budaya atau kesenian tradisional yang ada didaerahnya.

Lalu bagaimana cara agar budaya tradisional tetap lestari dan tak lekang oleh zaman?
Itu menjadi PR besar buat kita. Minggu, 20 November 2022, pukul 10:00 WIB, kami mengunjungi Lembaga Seniman dan Budayawan Muslimin Indonesia(LESBUMI) Kabupaten Cirebon. Organisasi LESBUMI merupakan salah satu badan otonom dari Nadhlatul Ulama (NU) yang bergerak dalam bidang kebudayaan dan kesenian.
Dalam kunjungan tersebut kami menemui Sekretaris Umum LESBUMI Kabupaten Cirebon, Kang Agung. Kami disambut dengan ceria, kemudian langsung memulai pembicaraan dan diskusi interaktif membahas tentang budaya tradisional, serta program yang dilakukan oleh organisasi LESBUMI.

Menurut Kang Agung, seni sebagai ruang lingkup yang khusus, dan budaya sebagai ruang lingkup yang umum. LESBUMI mengurus aspek-aspek sosial dan tradisional. Hal lain yang di kelola adalah budaya yang lebih universal. Sebagai lembaga yang mengurusi tentang kesenian dan kebudayaan, LESBUMI selalu mengamati dan melakukan riset terhadap kesenian lokal di daerah Kabupaten Cirebon. Ada beberapa hal yang urgensi untuk mendapatkan atensi soal pelestarian tradisional, seperti tari topeng, wayang, dan kesenian tradisional lainnya.
“Kesenian itu lahir dan berkembang di Cirebon dan sekarang mulai jarang pelakunya.” Ujar Kang Agung.

Perlu adanya bimbingan dan edukasi untuk mewujudkan pelestarian budaya tersebut. Tak hanya itu, dukungan dari pemerintah juga menjadi hal yang penting untuk mencapainya.
LESBUMI telah bergerak dinamis menuju keberlanjutan kebudayaan yang absolut dan lestari. Sudah ada produk dari LESBUMI berupa Pasar Seni Rakyat (PSR) yang merupakan sebuah acara atau kegiatan yang didalamnya seperti pasar pada umumnya, tapi dibumbui dengan kesenian. Di pasar tersebut terdapat benda atau alat-alat kesenian, juga ada kesenian tradisional seperti tari dan yang lainnya.

Sejauh ini PSR berhasil melangsungkan acara di tiga kecamatan di daerah Cirebon. Sepeti Klangenan, Jamblang, dan Gunung Jati. Acara ini tidaklah rutin, tapi kondisional. Visi dari PSR adalah untuk menginspirasi desa-desa untuk melakukan hal serupa seperti melestarikan kesenian dan budaya sekitar.
“Kesenian-kesenian ini tidak hanya sebagai tontonan, tapi sebagai tuntunan” Ujar Kang Agung.

Penulis: Iswanto 
Lebih baru Lebih lama